Rabu, 29 April 2009

Dikejar, ditembaki perompak di Selat Malaka

Rabu pagi 29 April 2009, aku dan teman-teman bersiap pulang menuju daratan Belawan dan Medan. Sudah 5 minggu saya di Langsa di lepas pantai selat malaka, tepatnya di atas kapal FPSO MV8, bekerja sebagai production technician mengolah dan mengontrol produksi minyak bumi. Suasana ceria terlukis di wajah2 teman yang hendak pulang, begitu pula teman2 yang baru datang untuk tinggal dan bekerja selama 4 minggu di tengah lautan ini namun tidak mampu menutupi kegerahan hati mereka. Dari atas kapal yang besar sepanjang kurang lebih setengah kilo dan tinggi hampir sama dengan gedung berlantai tinggi, kita diangkut dan diturunkan dengan crane dan personal basket menuju taxi antar jemput kita yakni tugboat Aji. Awal perjalananan tampak menyenangkan dengan disambut cuaca yang bersahabat, ombak tenang dan sedikit rintik hujan mengguyur lantai kapal. Sesampai di tugboat, bergegas semua orang berebut posisi kamar. Aku dan Amrizal langsung saja menyambar stick PS2, kami selalu bermain PS2 selama perjalanan, sedang yang lainnya asyik tidur menghilangkan rasa mabuk atau makan camilan dan bersendau gurau, maklum perjalanan akan memakan waktu kurang lebih 10 jam di atas tugboat, menyebalkan memang tapi sudah terbiasa. Baru 3-4 jam berjalan, kami dikejutkan teriakan ABK agar kami bersiaga atas serangan perompak di belakang persis tugboat kita. Mereka sebelumnya melambaikan bendera putih agar kita memperlambat laju kendaraan, namun karena kita merasa asing dan diburu waktu kita menambah kecepatan. Mereka tampak emosi dan tanpa pikir panjang seorang dari mereka berikat kepala dan berselimut sarung mengacungkan senapan dan langsung menembaki tugboat dari belakang. Suara tembakan berulang kali membuat kita tegang dan panik serta segera menutup semua pintu dan jendela sambil menunduk. Kapten memberikan komando agar kita siap memberikan perlawanan. Sangat disayangkan dalam kondisi emergency kami tidak membawa telepon byru, dan lebih ironis lagi adalah sulit sekali berkomunikasi ke Langsa dan tugboat Jalak dengan radio. Mereka menggunakan perahu kayu berukuran besar dan kecepatan tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar